DEA GUSTRIARIN MARYADI
11115621
2KA01
KEPEMIMPINAN
Kepemimpinan adalah kemampuan
seseorang mempengaruhi dan memotivasi orang lain untuk melakukan sesuatu sesuai
tujuan bersama. Kepemimpinan meliputi proses mempengaruhi dalam menentukan
tujuan organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan,
mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya. Sedangkan kekuasaan
adalah kemampuan untuk mempengaruhi orang lain untuk mau melakukan apa yang
diinginkan pihak lainnya.
Fungsi
pemimpin dalam suatu organisasi tidak dapat dibantah merupakan sesuatu fungsi
yang sangat penting bagi keberadaan dan kemajuan organisasi yang bersangkutan.
Pada dasarnya fungsi kepemimpinan memiliki 2 aspek yaitu :
·
Fungsi
administrasi, yakni mengadakan formulasi kebijaksanakan administrasi dan
menyediakan fasilitasnya.
·
Fungsi
sebagai Top Manajemen, yakni mengadakan planning, organizing, staffing,
directing, commanding, controling, dsb.
TEORI
KEPEMIMPINAN
Memahami teori-teori kepemimpinan sangat
besar artinya untuk mengkaji sejauh mana kepemimpinan dalam suatu organisasi
telah dapat dilaksanakan secara efektif serta menunjang kepada produktifitas
organisasi secara keseluruhan.
Beberapa
teori tentang kepemimpinan antara lain :
1.
Teori
Kepemimpinan Sifat ( Trait Theory )
Analisis ilmiah tentang kepemimpinan
berangkat dari pemusatan perhatian pemimpin itu sendiri. Dalam perkembanganya,
teori ini mendapat pengaruh dari aliran perilaku pemikir psikologi yang
berpandangan bahwa sifat – sifat kepemimpinan tidak seluruhnya dilahirkan akan
tetapi juga dapat dicapai melalui pendidikan dan pengalaman. Sifat – sifat itu
antara lain : sifat fisik, mental, dan kepribadian.
Keith
Devis merumuskan 4 sifat umum yang berpengaruh terhadap keberhasilan
kepemimpinan organisasi, antara lain :
§
Kecerdasan
§
Kedewasaan
dan Keluasan Hubungan Sosial
§
Motivasi
Diri dan Dorongan Berprestasi
§
Sikap
Hubungan Kemanusiaan
2.
Teori
Kepemimpinan Perilaku dan Situasi
Berdasarkan
penelitian, perilaku seorang pemimpin yang mendasarkan teori ini memiliki
kecendrungan kearah 2 hal.
®
Pertama
yang disebut dengan Konsiderasi yaitu kecendrungan seorang pemimpin yang
menggambarkan hubungan akrab dengan bawahan.
®
Kedua
disebut Struktur Inisiasi yaitu Kecendrungan seorang pemimpin yang memberikan
batasan kepada bawahan. Contoh yang dapat dilihat , bawahan mendapat instruksi
dalam pelaksanaan tugas, kapan, bagaimana pekerjaan dilakukan, dan hasil yang
akan dicapai.
3.
Teori kontingensi
Mulai berkembang th 1962, teori ini
menyatakan bahwa tidak ada satu sistem manajemen yang optimum, sistem
tergantung pada tingkat perubahan lingkungannya. Sistem ini disebut sistem
organik (sebagai lawan sistem mekanistik), pada sistem ini mempunyai beberapa
ciri:
1. Substansinya
adalah manusia bukan tugas.
2.
Kurang menekankan hirarki
3.
Struktur saling berhubungan, fleksibel,
dalam bentuk kelompok
4.
Kebersamaan dalam nilai, kepercayaan dan
norma
5. Pengendalian
diri sendiri, penyesuaian bersama
4.
Teori Behavioristik
Behaviorisme merupakan salah aliran
psikologi yang memandang individu hanya dari sisi fenomena jasmaniah, dan
mengabaikan aspek – aspek mental. Dengan kata lain, behaviorisme tidak mengakui
adanya kecerdasan, bakat, minat dan perasaan individu dalam suatu belajar.
Pendekatan ini menekankan bahwa manajemen yang efektif bila ada pemahaman
tentang pekerja – lebih berorientasi pada manusia sebagai pelaku.
Beberapa
tokohnya, antara lain:
a.
Maslow
Individu
mempunyai 5 kebutuhan dasar yaitu physical needs, security needs, social needs,
esteem needs, self actualization needs. Kebutuhan tersebut akan menimbulkan
suatu keinginan untuk memenuhinya. Organisasi perlu mengenali kebutuhan
tersebut dan berusaha memenuhinya agar timbul kepuasan.
b.
Douglas Mc Gregor (1906-1964)
Teori
X dan teori Y
Teori
X melihat karyawan dari segi pessimistik, manajer hanya mengubah kondisi kerja
dan mengektifkan penggunaan rewards & punishment untuk meningkatkan
produktivitas karyawan. Teori Y melihat karyawan dari segi optimistik, manajer
perlu melakukan pendekatan humanistik kepada karyawan, menantang karyawan untuk
berprestasi, mendorong pertumbuhan pribadi, mendorong kinerja.
5.
Teori Humanistik
Teori ini lebih menekankan pada prinsip
kemanusiaan. Teori humanistic biasanya dicirikan dengan adanya suasana saling
menghargai dan adanya kebebasan. Teori Humanistik dengan para pelopor Argryris,
Blake dan Mouton, Rensis Likert, dan Douglas McGregor. Teori ini secara umum
berpendapat, secara alamiah manusia merupakan “motivated organism”. Organisasi
memiliki struktur dan sistem kontrol tertentu. Fungsi dari kepemimpinan adalah
memodifikasi organisasi agar individu bebas untuk merealisasikan potensi
motivasinya didalam memenuhi kebutuhannya dan pada waktu yang sama sejalan
dengan arah tujuan kelompok. Apabila dicermati, didalam Teori Humanistik,
terdapat tiga variabel pokok, yaitu;
1. Kepemimpinan
yang sesuai dan memperhatikan hati nurani anggota dengan segenap harapan,
kebutuhan, dan kemampuan-nya.
2. Organisasi
yang disusun dengan baik agar tetap relevan dengan kepentingan anggota
disamping kepentingan organisasi secara keseluruhan, dan (3), interaksi yang
akrab dan harmonis antara pimpinan dengan anggota untuk menggalang persatuan
dan kesatuan serta hidup damai bersama-sama. Blanchard, Zigarmi, dan Drea
bahkan menyatakan, kepemimpinan bukanlah sesuatu yang Anda lakukan terhadap
orang lain, melainkan sesuatu yang Anda lakukan bersama dengan orang lain
(Blanchard & Zigarmi, 2001).
Gaya Kepemimpinan
Gaya kepemimpinan adalah cara seorang
pemimpan bersikap, berkomunikasi, dan berinteraksi dengan orang lain dalam
mempengaruhi orang untuk melakukan sesuatu.
Diantara beberapa gaya kepemimpinan,
terdapat pemimpin yang positif dan negatif, dimana perbedaan itu didasarkan
pada cara dan upaya mereka memotivasi karyawan. Apabila pendekatan dalam
pemberian motivasi ditekankan pada imbalan atau reward (baik ekonomis maupun
nonekonomis) berartitelah digunakan gaya kepemimpinan yang positif. Sebaliknya
jika pendekatannya menekankan pada hukuman atau punishment, berarti dia
menerapkan gaya kepemimpinan negatif.
Selain
gaya kepemimpinan di atas masih terdapat gaya lainnya.
A.
Otokratis
Kepemimpinan seperti ini menggunakan
metode pendekatan kekuasaan dalam mencapai keputusan dan pengembangan
strukturnya. Kekuasaan sangat dominan digunakan. Memusatkan kekuasaan dan
pengambilan keputusan bagi dirinya sendiri, dan menata situasi kerja yang rumit
bagi pegawai sehingga mau melakukan apa saja yang diperintahkan. Kepemimpinan
ini pada umumnya negatif, yang berdasarkan atas ancaman dan hukuman. Meskipun
demikian, ada juga beberapa manfaatnya antaranya memungkinkan pengambilan
keputusan dengan cepat serta memungkinkan pendayagunaan pegawai yang kurang
kompeten.
B.
Partisipasif
Lebih banyak mendesentrelisasikan
wewenang yang dimilikinya sehingga keputusan yang diambil tidak bersifat
sepihak.
C.
Demokrasi
Ditandai adanya suatu struktur yang
pengembangannya menggunakan pendekatan pengambilan keputusan yang kooperatif.
Di bawah kepemimpinan pemimpin yang demokrasis cenderung bermoral tinggi dapat
bekerjasama, mengutamakan mutu kerja dan dapat mengarahkan diri sendiri.
D.
Kendali Bebas
Pemimpin
memberikan kekuasaan penuh terhadap bawahan, struktur organisasi bersifat
longgar dan pemimpin bersifat pasif. Yaitu Pemimpin menghindari kuasa dan
tanggung – jawab, kemudian menggantungkannya kepada kelompok baik dalam
menetapkan tujuan dan menanggulangi masalahnya sendiri.
Gaya
kepemimpinan ini dipengaruhi oleh bagaimana cara seorang pemimpin memberikan
perintah, dan sisi lain adalah cara mereka membantu bawahannya.
E.
Directing
Gaya tepat apabila kita dihadapkan
dengan tugas yang rumit dan staf kita belum memiliki pengalaman dan motivasi
untuk mengerjakan tugas tersebut.
F.
Coaching
Pemimpin tidak hanya memberikan detil
proses dan aturan kepada bawahan tapi juga menjelaskan mengapa sebuah keputusan
itu diambil, mendukung proses perkembangannya, dan juga menerima barbagai
masukan dari bawahan.
G.
Supporting
Sebuah gaya dimana pemimpin memfasiliasi
dan membantu upaya bawahannya dalam melakukan tugas.
H.
Delegating
Sebuah
gaya dimana seorang pemimpin mendelegasikan seluruh wewenang dan tanggung
jawabnya kepada bawahan. Gaya Delegating akan berjalan baik apabila staf kita
sepenuhnya telah paham dan efisien dalm pekerjaan, sehingga kita dapat melepas
mereka menjalankan tugas atau pekerjaan itu atas kemampuan dan inisiatifnya
sendiri.
Yang
perlu diperhatikan adalah bahwa untuk dapat mengembangkan gaya kepemimpinan
situasional ini, seseorang perlu memiliki tiga kemampuan khusus yakni :
1.
Kemampuan
analitis (analytical skills) yakni kemampuan untuk menilai tingkat pengalaman
dan motivasi bawahan dalam melaksanakan tugas.
2.
Kemampuan
untuk fleksibel (flexibility atau adaptability skills) yaitu kemampuan untuk
menerapkan gaya kepemimpinan yang paling tepat berdasarkan analisa terhadap
situasi.
3.
Kemampuan
berkomunikasi (communication skills) yakni kemampuan untuk menjelaskan kepada
bawahan tentang perubahan gaya kepemimpinan yang kita terapkan.
Peran
pengolah informasi (information processing), serta peran pengambilan keputusan
(decision making) (Gordon, 1996 : 314-315).
Peran
pertama meliputi :
®
Peran
Figurehead : Sebagai simbol dari organisasi.
®
Leader
: Berinteraksi dengan bawahan, memotivasi dan mengembangkannya.
®
Liaison
: Menjalin suatu hubungan kerja dan menangkap informasi untuk kepentingan
organisasi.
Sedangkan
peran kedua terdiri dari 3 peran juga yakni :
·
Monitior
: Memimpin rapat dengan bawahan, mengawasi publikasi perusahaan, atau
berpartisipasi dalam suatu kepanitiaan.
·
Disseminator
: Menyampaikan informasi, nilai – nilai baru dan fakta kepada bawahan.
·
Spokeman
: Juru bicara atau memberikan informasi kepada orang – orang di luar
organisasinya.
Peran
ketiga terdiri dari 4 peran yaitu :
A.
Enterpreneur
: Mendesain perubahan dan pengembangan dalam organisasi.
B.
Disturbance
Handler : Mampu mengatasi masalah terutama ketika organisasi sedang dalam
keadaan menurun
C.
Resources
Allocator : Mengawasi alokasi sumber daya manusia, materi, uang dan waktu
dengan melakukan penjadwalan, memprogram tugas – tugas bawahan, dan mengesahkan
setiap keputusan.
D.
Negotiator
: Melakukan perundingan dan tawar – menawar.
KEPEMIMPINAN
YANG MELAYANI
A.
Karakter
Kepemimpinan
Hati
Yang Melayani
Kepemimpianan
yang melayani dimulai dari dalam diri kita. Kepemimpinan menuntut suatu transformasi
dari dalam hati dan perubahan karakter. Kepemimpinan yang melayani dimulai dari
dalam dan kemudian bergerak keluar untuk melayani mereka yang dipimpinnya.
Disinilah pentingnya karakter dan integritas seorang pemimpin untuk menjadi
pemimpin yang diterima oleh rakyat yang dipimpinnya.
B.
Metode
Kepemimpinan
Kepala
Yang Melayani
Seorang
pemimpin tidak cukup hanya memiliki hati atau karakter semata, tapi juga harus
memiliki serangkaian metode kepemimpinan agar dapat menjadi pemimpin yang
efektif. Banyak sekali pemimpin memiliki kualitas sari aspek yang pertama yaitu
karakter dan integritas seorang pemimpin, tetapi ketika menjadi pimpinan
formal, justru tidak efektif sama sekali karena tidak memiliki metode
kepemimpinan yang baik. Contoh adalah para pemimpin yang diperlukan untuk
mengelola mereka yang dipimpinnya.
C.
Perilaku
Kepemimpinan
Tangan
Yang Melayani
Pemimpin
yang melayani bukan sekedar memperlihatkan karakter dan integritas, serta
memiliki kemampuan metode kepemimpinan, tapi dia harus menunjukkan perilaku
maupun kebiasaan seorang pemimpin.
KEPEMIMPINAN
SEJATI
Kepemimpinan sesungguhnya tidak
ditentukan oleh pangkat atau jabatan seseorang. Kepemimpinan adalah sesuatu
yang muncul dari dalam dan merupakan buah dari keputusan seseorang untuk mau
menjadi pemimpin, baik bagi dirinya sendiri, bagi keluarga, bagi lingkungan
pekerjaan, maupun bagi lingkungan sosial dan bahkan bagi negerinya.
KEPEMIMPINAN DAN
KEARIFAN LOKAL
Kearifan local yaitu spirit local genius
yang disepadankan maknanya dengan pengetahuan, kecerdikan,kepandaian,
keberilmuan, dan kebijaksanaan dalam pengambilan keputusan dan berkenaan dengan
penyelesaian masalah yang relative pelik dan rumit.
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar