DEA GUSTRIARIN MARYADI
11115621
2KA01
Pengertian
Pengambilan Keputusan
Menurut Terry (Syamsi, 1995) pengambilan
keputusan adalah pemilihan alternatif perilaku dari dua alternatif atau lebih,
tindakan untuk memecahkan masalah yang dihadapi melalui pemilihan satu diantara
alternatif-alternatif yang memungkinkan. Hal ini didukung oleh pernyataan
Siagian (dalam Syamsi, 1995) bahwa pengambilan keputusan adalah suatu
pendekatan sistematis terhadap suatu masalah, pengumpulan fakta-fakta dan data,
penentuan yang matang dari alternatif yang dihadapi dan pengambilan tindakan
yang menurut perhitungan merupakan tindakan yang paling tepat.
Definisi
Pengambilan Keputusan Menurut Ahli :
1. Awater
(dalam setiadi, 2003) mendefinisikan pengambilan keputusan sebagai kegiatan
mengumpulkan informasi tentang alternatif yang relevan dan membuat pilihan yang
sesuai.
2. Menurut
Setiadi (2003), keputusan yang diambil oleh seseorang dapat disebut sebagai
sebuah pemecahan masalah. Dalam proses pengambilan keputusan, konsumen memiliki
sasaran atau perilaku yang ingin dicapai atau dipuaskan. Selanjutnya, konsumen
membuat keputusan mengenai perilaku yang ingin dilakukan untuk dapat memecahkan
masalahnya. Selanjutnya dijelaskan bahwa pemecahan masalah merupakan suatu
aliran timbal balik yang berkesinambungan di antara faktor lingkungan, proses
kognitif dan afektif, serta tindakan perilaku. Proses pengambilan keputusan
terdiri dari empat tahapan. Pada tahap pertama merupakan pemahaman akan adanya
masalah. Tahap berikutnya, terjadi evaluasi terhadap alternatif yang ada dan
tindakan yang paling sesuai dipilih. Selanjutnya, pembelian diwujudkan dalam
bentuk tindakan. Pada akhirnya barang yang telah dibeli akan digunakan dan
konsumen melakukan evaluasi ulang terhadap keputusan yang telah diambilnya.
3. Menurut
Engel (1994) proses keputusan konsumen merupakan hal penting yang dilakukan
konsumen dalam membeli suatu produk. Proses keputusan konsumen merupakan suatu
kegiatan yang penting karena dalam proses tersebut memuat berbagai langkah yang
terjadi secara berurutan sebelum konsumen mengambil keputusan.
4. Shull,
Delbecq & Cummings (dalam Taylor, 1994) mendefinisikan pengambilan
keputusan sebagai suatu kesadaran dalam proses manusia, menyangkut individu dan
fenomena sosial, berdasarkan hal-hal yang fakta dan aktual yang menghasilkan
pilihan dari satu aktivitas perilaku yang berasal dari satu atau lebih pilihan.
5. Definisi di
atas senada dengan pernyataan Morgan (1986) bahwa pengambilan keputusan
merupakan salah satu jalan dari penyelesaian masalah dimana kita dihadapkan
dengan berbagai pilihan yang harus kita pilih. Menurut Baron & Byrne (2005)
pengambilan keputusan merupakan tindakan menggabungkan dan mengintegrasikan
informasi yang ada untuk memilih satu dari beberapa kemungkinan tindakan.
Dari
pengertian-pengertian tentang pengambilan keputusan di atas dapat disimpulkan
bahwa pengambilan keputusan adalah tindakan yang diambil dengan sengaja, tidak
secara kebetulan, dengan memilih berbagai alternatif yang tersedia dengan
penentuan yang matang dengan tujuan menyelesaikan suatu permasalahan.
Jenis-jenis Keputusan Organisasi
Jenis keputusan dalam sebuah
organisasi dapat digolongkan berdasarkan banyaknya waktu yang diperlukan untuk
mengambil keputusan tersebut, bagian mana organisasi harus dapat melibatkan
dalam mengambil keputusan dan pada bagian organisasi mana keputusan tersebut
difokuskan.
Secara garis besar jenis keputusan terbagi menjadi dua
bagian yaitu :
a. Keputusan
Rutin atau Terprogram
Keputusan Rutin adalah Keputusan yang sifatnya rutin
dan berulang-ulang serta biasanya telah dikembangkan untuk mengendalikannya.
Keputusan Rutin atau terprogram memiliki struktur yang teratur karena setiap
kinerja diukur secara jelas, rutin dan berulang-ulang. Tingkat kepastian
didalam keputusan ini sangat tinggi relatifnya. Tingkat kepastian relatif
adalah perbandingan tingkat keberhasilan antara 2 alternatif atau lebih.
Contoh keputusan terprogram adalah, aturan umum penetapan harga pada industri
rumah makan dimana makanan akan diberi harga hingga 3 kali lipat dari direct
cost.
b. Keputusan
Tidak Rutin atau Keputusan Tidak Terprogram
Keputusan tidak rutin adalah
reputusan yang diambil pada saat-saat khusus dan tidak bersifat rutin atau
tidak dilakukan secara berulang-ulang. Keputusan ini dilakukan ketika sebuah
organisasi tidak dapat memutuskan bagaimana merespon permasalahan tersebut,
sehingga terdapat ketidakpastian apakah solusi yang diputuskan dapat
menyelesaikan permasalahan atau tidak, oleh karena itu keputusan tidak rutin
atau tidak terprogram
Contoh keputusan rutin adalah dalam
suatu perusahaan jika kita mendapatkan suatu masalah maka, kita dalam mengambil
sebuah keputusan untuk menyelesaikannya kita tidak boleh terburu-buru karena
dapat menyebabkan kita mengambil atau memilih keputusan yang salah dan bahkan
dapat membuat masalah semakin sulit. Oleh karena itu kita harus
mempertimbangkan dengan baik dengan cara mencari informasi, memahaminya dengan
baik, dan mendiskusikan keputusan kita dengan orang-orang yang ikut dalam
perusahaan itu, agar keputusan yang kita ambil dapat diterima dengan baik dan
dapat memecahkan masalah yang ada.
Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan
Menurut Terry (1989) faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam mengambil
keputusan sebagai berikut:
1. hal-hal yang berwujud maupun tidak
berwujud, yang emosional maupun rasional perlu diperhitungkan dalam pengambilan
keputusan;
2. setiap keputusan nantinya harus
dapat dijadikan bahan untuk mencapai tujuan organisasi;
3. setiap keputusan janganlah
berorientasi pada kepentingan pribadi, perhatikan kepentingan orang lain;
5. pengambilan keputusan merupakan
tindakan mental. Dari tindakan mental ini kemudian harus diubah menjadi
tindakan fisik;
6. pengambilan keputusan yang efektif
membutuhkan waktu yang cukup lama;
7. diperlukan pengambilan keputusan
yang praktis untuk mendapatkan hasil yang baik;
8. setiap keputusan hendaknya
dikembangkan, agar dapat diketahui apakah keputusan yang diambil itu betul; dan
9. setiap keputusan itu merupakan
tindakan permulaan dari serangkaian kegiatan berikutnya.
Kemudian terdapat enam faktor lain yang juga ikut mempengaruhi pengambilan
keputusan.
1. Fisik
Didasarkan pada rasa yang dialami pada tubuh, seperti rasa tidak nyaman, atau kenikmatan. Ada kecenderungan menghindari tingkah laku yang menimbulkan rasa tidak senang, sebaliknya memilih tingkah laku yang memberikan kesenangan.
1. Fisik
Didasarkan pada rasa yang dialami pada tubuh, seperti rasa tidak nyaman, atau kenikmatan. Ada kecenderungan menghindari tingkah laku yang menimbulkan rasa tidak senang, sebaliknya memilih tingkah laku yang memberikan kesenangan.
2. Emosional
Didasarkan pada perasaan atau sikap. Orang akan bereaksi pada suatu situasi secara subjective.
3. Rasional
Didasarkan pada pengetahuan orang-orang mendapatkan informasi, memahami situasi dan berbagai konsekuensi
Didasarkan pada perasaan atau sikap. Orang akan bereaksi pada suatu situasi secara subjective.
3. Rasional
Didasarkan pada pengetahuan orang-orang mendapatkan informasi, memahami situasi dan berbagai konsekuensi
4. Praktikal
Didasarkan pada keterampilan individual dan kemampuan melaksanakan. Seseorang akan menilai potensi diri dan kepercayaan dirinya melalui kemampuanya dalam bertindak.
Didasarkan pada keterampilan individual dan kemampuan melaksanakan. Seseorang akan menilai potensi diri dan kepercayaan dirinya melalui kemampuanya dalam bertindak.
5. Interpersonal
Didasarkan pada pengaruh jaringan sosial yang ada. Hubungan antar satu orang keorang lainnya dapat mempengaruhi tindakan individual.
Didasarkan pada pengaruh jaringan sosial yang ada. Hubungan antar satu orang keorang lainnya dapat mempengaruhi tindakan individual.
6. Struktural
Didasarkan pada lingkup sosial, ekonomi dan politik. Lingkungan mungkin memberikan hasil yang mendukung atau mengkritik suatu tingkah laku tertentu.
Didasarkan pada lingkup sosial, ekonomi dan politik. Lingkungan mungkin memberikan hasil yang mendukung atau mengkritik suatu tingkah laku tertentu.
Selanjutnya, John D.Miller dalam Imam Murtono (2009) menjelaskan
faktor-faktor yang berpengaruh dalam pengambilan keputusan adalah: jenis
kelamin pria atau wanita, peranan pengambilan keputusan, dan keterbatasan
kemampuan.
Dalam pengambilan suatu keputusan individu dipengaruhi oleh tiga faktor
utama yaitu nilai individu, kepribadian, dan kecenderungan dalam pengambilan
resiko.
Pertama, nilai individu pengambil keputusan merupakan keyakinan dasar yang digunakan
seseorang jika ia dihadapkan pada permasalahan dan harus mengambil suatu
keputusan. Nilai-nilai ini telah tertanam sejak kecil melalui suatu proses
belajar dari lingkungan keluarga dan masyarakat. Dalam banyak keadaan individu
bahkan tidak berfikir untuk menyusun atau menilai keburukan dan lebih ditarik
oleh kesempatan untuk menang.
Kedua, kepribadian. Keputusan yang diambil seseorang juga dipengaruhi oleh
faktor psikologis seperti kepribadian. Dua variabel utama kepribadian yang
berpengaruh terhadap keputusan yang dibuat, seperti ideologi versus kekuasaan
dan emosional versus obyektivitas. Beberapa pengambil keputusan memiliki suatu
orientasi ideologi tertentu yang berarti keputusan dipengaruhi oleh suatu
filosofi atau suatu perangkat prinsip tertentu. Sementara itu pengambil
keputusan atau orang lain mendasarkan keputusannya pada suatu yang secara
politis akan meningkatkan kekuasaannya secara pribadi.
Ketiga, kecenderungan terhadap pengambilan resiko. Untuk meningkatkan
kecakapan dalam membuat keputusan, perawat harus membedakan situasi
ketidakpastian dari situasi resiko, karena keputusan yang berbeda dibutuhkan
dalam kedua situasi tersebut. Ketidakpastian adalah kurangnya pengetahuan hasil
tindakan, sedangkan resiko adalah kurangnya kendali atas hasil tindakan dan
menganggap bahwa si pengambil keputusan memiliki pengetahuan hasil tindakan
walaupun ia tidak dapat mengendalikannya. Lebih sulit membuat keputusan dibawah
ketidakpastian dibanding dibawah kondisi bahaya. Di bawah ketidakpastian si pengambil
keputusan tidak memiliki dasar rasional terhadap pilihan satu strategi atas
strategi lainnya.
Adapun dalam referensi lain pengambilan keputusan yang dipengaruhi oleh faktor-faktor personal.
Adapun dalam referensi lain pengambilan keputusan yang dipengaruhi oleh faktor-faktor personal.
1. Kognisi, artinya kualitas dan
kuantitas pengetahuan yang di miliki. Misalnya ; Kemampuan menalar, memiliki
kemampuan berfikir secara logis, dll.
2. Motif, suatu keadaan tekanan dalam
diri individu yang mempengaruhi, memelihara dan mengarahkan prilaku menuju
suatu sasaran.
3. Sikap, Bagaimana keberanian kita
dalam mengambil risiko kepututusan, pemilihan suasana emosi dan waktu yang
tepat, mempertimbangkan konsekuensi yang mungkin terjadi.
Impilkasi Manajerial dalam
Pengambilan Keputusan
Proses
Pengambilan Keputusan dalam partisipatif dalam organisasi sekolah Manajerial
yang baik. Rendahnya kemapuan kepala sekolah akan berpengaruh terhadap
perolehan dukungan dari masyarakat khususnya dukungan dalam mengambilan
keputusan yang dikeluarkan sekolah terkait dengan kebijakan dan rencana program
pengembangan sekolah.
Proses Pengambilan Keputusan
Janis (1987)
mengemukakan lima tahapan dalam mengambil keputusan, yaitu:
1. Appraising
the Challenge
Ketika
individu dihadapkan pada suatu informasi atau kejadian yang menyita perhatian
tentang sebuah keyataan bahwa ia akan kehilangan, individu cenderung tetap
menggunakan suatu sikap yang tidak memperdulikan serangkaian kegiatan yang
diikuti untuk mendapatkan kepuasan dalam dirinya sendiri. Informasi yang
menantang menghasilkan krisis sementara, jika individu memulai untuk menimbang
kebijakan untuk melanjutkan masalah. Pada tahap individu mulai merasa tidak
nyaman berada dalam kondisi tertentu dan ia menyadari adanya kesempatan dan
tantangan untuk berubah. Individu mulai memahami tantangan serta apa manfaat
tantangan tersebur bagi dirinya.
Pemahaman
yang baik akan tantangan yang dihadapi penting, agar pengambil keputusan
terhindar dari asumsi-asumsi yang salah atau sikap terlalu memandang remeh
masalah yang kompleks.
2. Surveying
Alternatives
Ketika
individu telah percaya diri (yakin) dalam menentukan kebijakan yang dipilih,
maka individu akan mulai memfokuskan perhatian pada satu atau lebih pilihan.
Menerima permasalahan, individu mulai mencari pilihan-pilihan tindakan yang
akan dilakukan di dalam memorinya, mencari saran dan informasi dari orang lain
mengenai bagaimana cara untuk mengatasi ancaman tersebut. Individu biasanya mencari
saran dari apa yang diketahui orang yang ia kenal baik dan menjadi lebih
perhatian pada informasi yang berkaitan pada media massa. Individu lebih
menaruh perhatian pada rekomendasi berupa saran-saran untuk menyelesaikan
permasalahan, meskipun saran tersebut tidak sesuai dengan keyakinannya sekarang
ini.
3. Weighing
Alternatives
Individu
yang mengambil keputusan pada tahap ini melakukan proses pencarian dan evaluasi
dengan teliti, berfokus pada mendukung atau tidaknya pillihan-pilihan yang ada
untuk menghasilkan tindakan terbaik. Dengan waspada individu membicarakan
keuntungan dan kerugian dari masing-masing pilihan hingga individu tersebut
merasakan percaya diri dan yakin dalam memilih satu yang dinilai objektif.
Individu berusaha memilih alternatif yang terbaik di antara pilihan alternatif
yang tersedia baginya. Ia mempertimbangkan keuntungan, kerugian serta
kepraktisan dari tiap-tiap alternatif hingga ia merasa cukup yakin untuk
memilih satu alternatif yang menurutnya paling baik dalam upayanya mencapai
tujuan tertentu. Adakalanya saat ia mempertimbangkan alternatif-alternatif
secara bergantian, ia merasa tidak puas dengan semua alternatif yang ada. Ia
menjadi stress dan dapat kembali ke tahap dua.
4. Deliberating
About Commitment
Setelah
memutuskan, individu akan mengambil sebuah perencanaan tindakan tertentu untuk
dilaksanakan, pengambil keputusan mulai memikirkan cara untuk
mengimplementasikannya dan menyampaikan keinginannya tersebut kepada orang
lain. Disamping itu, ia juga mempersiapkan argumen-argumen yang mendukung
pilihannya tersebut khususnya bila ia berhadapan dengan orang-orang yang
menentang keputusannya tersebut, dikarenakan pengambil keputusan menyadari
bahwa cepat atau lambat orang-orang pada jaringan sosialnya yang tidak secara
langsung terkena dampak seperti; keluarga, teman, akan mengetahui tentang
keputusan tersebut.
5. Adhering
Despite Negative Feedback
Banyak
keputusan memasuki periode ”Honeymoon”, dimana pengambil keputusan sangat
bahagia dengan pilihan yang ia ambil dan menggunakannya tanpa rasa cemas.
Tahapan kelima ini menjadi setara dengan tahapan pertama, dalam rasa dimana
masing-masing kejadian atau komunikasi yang tidak diinginkan membangun negative
feedback yang merupakan sebuah permasalahan potensial untuk mengambil kebijakan
yang baru. Tahap kelima menjadi berbeda dengan tahap pertama dalam kejadian
ketika sebuah masalah sangat berpengaruh atau sangat kuat dan memberikan respon
postitif pada pertanyaan pertama, fokus pada resiko serius ketika tidak dibuat
perubahan, pengambil keputusan hanya tergoncang sesaat meskipun permasalahan
lebih ia pilih diselesaikan dengan keputusan sebelumnya.
Daftar Pustaka